Cita-cita seni tahun 50-60an (fluxus, situationism, process art, minimalism) pokoknya art di post-mo term, yang pengennya selalu meruntuhkan perbatasan antara "art" and "life", "live very well today [Foster, 2017)." intinya ok uda sukses...perbatasan itu sudah hilang...penonton gak perlu lagi karena ya semuanya uda jadi seniman dan produser barang seni. Gak perlu "aesthetic form" lagi. Trus strategi kedepannya apa? mau dibawa kemana lagi kah "hidupseni" ini?
Masih banyak seniman yang masih naif mungkin bilang "ah gak perlu mikirin art atau hidup juga kali....gak perlu di permasalahkan.." Tapi tetep aja kalo ada donor dateng mau fund suatu grup atau seniman dengan jumlah yang besar ..."wah wah ok yuk kita pikirin gimana jadiin apa yang kita lakukan ini bisa jadi seni dan di presentasikan sebagai "art"". sama aja boong!!!
ada juga seniman yang kl bikin art pasti ada nada "ironisnya" atau "becanda" karena kalo di suruh untuk mempertanggung jawabkan "action"nya ini ke dalam ranah social dan politik ... dia psti ciut dan akan bilang "lah kan gw lagi becanda". Teman! hidup itu gak b'canda...adanya kematian di dalam hidup ini! orang mati di hidup ini bukan metafor tapi "literal". Akibat dari b'candaan elu bisa aja ada orang yang bener-bener akan mati.
intinya gitu kalo art uda masuk ranah "hidup" berarti action action nya dia itu nyata...saking nyatanya orang bisa mati kalo nyentuh benda tersebut. jadi artlife itu "serius" bukan untuk di becandaa-in. tapi tentunya kita masi bisa ketawa-ketiwi - cuma poin gw adalah gak boleh "ciut" dan seniman mesti bisa mempertanggung jawabkan aksi-aksi yang mereka buat di ranah hidup ini dimana "metafor" itu masi ada sangat lah "deceiving".
adanya masalah baru di dunia hidupseni ini yaitu semua pameran art rata-rata dibilang "proses" dan bentuknya uda kaya ruang sekolah...ruang kelas lah....komunitas lah...apalah terserah...lagi lagi "ciut" kalo orang nanya...ini bentuknya apa? mana bentuknya? ya ini gak bisa dibeli pak/bu kan "proses". dari sini pun uda keliatan ciut lagi sama "bentuk" dan tanggung jawab akan "bentuk" yang bisa diambil bawa pulang kaya beli kursi. artlife macem ini tetep aja gak berfungsi!!! padahal klaimnya besar yaitu perubahan sosial. ah butut kalo perubahan sosialnya gak bisa dipake dan dibawa pulang.
ok trus kemanakah jalur berikutnya?
ke beneran "revolusi" dan "sosial tranformation" secara sungguh sungguh kita beneran melakukan transformasi sosial....ini tantangan besar gw sebagai seniman. nah gw lagi mencari jawabannya di buku ini dan smoga-moga ada:
Elizabeth Ellsworth, Teaching Positions: Difference, Pedagogy, and the Power of Address, 1997
karena gw pengajar dan tuntutan dosen adalah meriset - jadi ya sy lagi bener-bener kepukul sama pemikiran dan kritisisme akan seni diatas tadi. gw nyesel berpartisipasi dalam meruntuhkan batas antara art and life tadi. Jadi mulai sekarang gw uda harus serius dan sungguh sungguh bertanggung jawab akan luluh runtuhnya batas antara seni dan hidup. ya itu gw harus bertanggung jawab dan mulai melakukan dan aktif di ranah social transformation dan really educating dan menggunakan education dan birokrasi itu sendiri sebagai medium.